Krisis kepercayaan yang tengah dialami Facebook terkait dengan pelanggaran privasi penggunanya mulai menyebar ke dalam ekosistem industri teknologi global. Mozilla menjadi salah satu nama yang sudah mengambil sikap.
Mozilla mengumumkan bahwa pihaknya akan berhenti untuk beriklan di dalam platform Facebook. Masalah keamanan menjadi pertimbangan utama dari pengembang nirlaba yang berada di balik peramban Firefox ini.
“Mozilla ‘menekan tombol pause’ untuk mengiklan di Facebook,” ujar Denelle Dixon, Chief Operating Officer dari organisasi yang berkantor pusat di California tersebut.
Melalui tulisan blog di dalam situs resmi Mozilla, Dixon menjelaskan pasca pihaknya melihat kebijakan jejaring sosial tersebut dalam kasus Cambridge Analytica, terdapat sejumlah pengaturan yang meninggalkan lubang besar.Celah tersebut memungkinkan para pengembang aplikasi pihak ketiga mendapatkan akses terhadap data dalam jumlah besar.
Terkait dengan hal tersebut, Mozilla pun menggelar sebuah petisi yang bertujuan untuk meminta Facebook agar memperbaiki pengaturan privasi bagi penggunanya. Pengembang nirlaba ini beranggapan miliaran user jejaring sosial tersebut di seluruh dunia seakan direnggut privasinya, bahkan tanpa diketahui oleh mereka.
Maksud dari direnggutnya privasi ini adalah pengaturan yang diterapkan oleh jejaring sosial tersebut dianggap oleh Mozilla membebaskan pihak ketiga dalam mengakses data seperti profesi, edukasi, tempat tinggal, dan unggahan yang dimiliki oleh penggunanya.
Petisi yang terdapat di dalam situs resmi Mozilla itu juga merupakan bagian dari usaha mereka dalam mewujudkan internet sehat di seluruh dunia. Privasi dan keamanan pun menjadi satu dari empat aspek yang diperhatikan Mozilla dalam menciptakan internet sehat, di samping inovasi, inklusi digital, desentralisasi, dan literasi.
Meski begitu, masih dalam tulisan blog yang sama, Dixon juga menerangkan bahwa Mozilla sangat mendukung ucapan Mark Zuckerberg terkait dengan janjinya untuk memperbaiki pengaturan privasi pengguna jejaring sosial besutannya itu.
Ketika Facebook mengambil langkah yang tegas dalam mengubah bagaimana sistem pembagian data penggunanya, terutama dalam memperbaiki pengaturan privasi terhadap aplikasi pihak ketiga, kami akan mempertimbangkan untuk kembali,” pungkas Dixon.
Sebagaimana diketahui, data dari sekitar 50 juta pengguna Facebook telah diangkut oleh perusahaan konsultan politik bernama Cambridge Analytica. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memenangkan kampanye Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat yang lalu.
from DETIK INDONESIA http://ift.tt/2pDFet4
via IFTTT
0 Comments